Abses Otak



Abses otak adalah infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah di dalam otak, serta pembengkakan pada organ tersebut. Kondisi ini biasa terjadi setelah bakteri atau jamur masuk ke jaringan otak akibat cedera kepala atau infeksi pada jaringan lain.


Meski jarang terjadi, abses otak adalah penyakit infeksi otak yang dapat membahayakan nyawa dan harus ditangani secepatnya. Siapa pun dapat mengalaminya, namun risiko ini umumnya meningkat pada orang dengan riwayat penyakit seperti:

HIV/AIDS, kanker, serta penyakit kronis.
Infeksi pada telinga bagian tengah (otitis media).
Sinusitis
Penyakit jantung bawaan (PJB), seperti tetralogy of fallot (ToF).
Meningitis.
Selain itu, risiko abses otak juga cukup tinggi pada seseorang yang mengalami cedera kepala berat atau patah tulang tengkorak, pernah melakukan transplantasi organ, sedang menggunakan obat-obatan imunosupresif, atau sedang menjalani kemoterapi.

Penyebab Abses Otak
Penyebab utama abses otak adalah adanya infeksi bakteri atau jamur yang masuk ke dalam jaringan otak, dikarenakan sistem daya tahan tubuh tidak dapat melawannya. Sebenarnya tubuh sudah dilengkapi dengan sistem imun yang berfungsi untuk menjaga organ penting. Namun dalam kasus tertentu, kuman dapat masuk melalui pembuluh darah dan menyerang otak. Infeksi yang masuk ke dalam otak akan terkumpul di jaringan otak dan membentuk gumpalan nanah.

Beberapa penyakit tertentu yang dapat menyebabkan abses otak, adalah:

Penyakit jantung sianotik. Salah satu jenis penyakit jantung bawaan yang mengakibatkan jantung tidak mampu mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh dan memicu terjadinya infeksi.
Pulmonary arteriovenous fistula. Kelainan yang terjadi pada pembuluh darah paru, mengakibatkan bakteri masuk ke dalam darah dan mengalir menuju otak.
Abses gigi.
Infeksi. Kondisi ini meliputi infeksi paru (misalnya pneumonia), infeksi jantung (misalnya endokarditis), infeksi di rongga perut (misalnya peritonitis), infeksi panggul (misalnya cystitis), dan infeksi kulit.
Gejala Abses Otak
Gejala abses otak biasanya dirasakan dalam hitungan minggu setelah infeksi, atau terkadang secara langsung. Berikut adalah serangkaian gejala yang dapat terjadi:

Pusing hebat.
Mual dan muntah.
Demam tinggi (di atas 38 C).
Menggigil.
Perubahan perilaku, seperti merasa gelisah atau linglung.
Leher terasa kaku.
Kejang-kejang.
Penurunan kemampuan merasakan sensasi, menggerakkan otot, atau berbicara.
Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda, kabur, atau buram.
Sensitif terhadap cahaya.
Adapun beberapa gejala yang dapat terlihat jika bayi atau anak Anda mengalami abses otak, di antaranya:

Muntah.
Menangis dengan nada tinggi.
Otot tubuh terlihat kaku.
Segera temui dokter jika gejala terus dirasakan, khususnya bagi yang mengalami kejang mendadak, cara bicara mulai tidak jelas, otot melemah, atau lumpuh.

Diagnosis Abses Otak
Pada tahap awal diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sambil menganalisa gejala dan riwayat medis pasien. Pemeriksaan lanjutan juga akan dilakukan untuk menguatkan hasil diagnosis, di antaranya:

Pemeriksaan neurologi, yang meliputi pergerakan otot, sistem saraf, dan sensorik.
Tes darah, untuk memeriksa jika terdapat infeksi tertentu.
Pemindaian, untuk melihat lokasi peradangan atau pembengkakan. Pemindaian meliputi foto Rontgen, CT scan, EEG, atau MRI.
Pungsi lumbar. Pengambilan sampel cairan serebrospinal dari celah tulang belakang untuk memeriksa jika terdapat bakteri tertentu. Tindakan ini tidak dapat dilakukan jika penderita mengalami pembengkakan otak yang cukup parah, karena dapat membuat tekanan di otak memburuk.
Jika hasil tes lanjutan tidak dapat mengidentifikasi penyebab dan sumber infeksi, dokter mungkin akan menyarankan untuk dilakukannya biopsi.

Pengobatan Abses Otak
Abses otak adalah kondisi darurat dan perlu ditangani dengan segera. Pengobatan biasanya dilakukan di rumah sakit dengan pemberian obat antibiotik atau obat antijamur sampai pasien memasuki tahap stabil. Terkadang, obat golongan diuretik juga dapat diresepkan. Namun, jika kondisi pasien cukup buruk, dokter dapat menyarankan tindakan operasi.

Berikut ini adalah kriteria abses otak yang ditangani dengan obat-obatan:

Abses berukuran lebih kecil dari 2 cm.
Abses berada di beberapa titik.
Abses terletak di bagian otak paling dalam.
Pasien mengalami meningitis.
Terjadi hidrosefalus.
Toksoplasmosis pada penderita HIV atau AIDS.
Jika pasien memiliki abses berukuran di atas 2cm, berisiko pecah di dalam otak atau memiliki unsur gas di dalamnya, dokter biasa akan menyarankan untuk mengangkatnya melalui tindakan operasi. Terdapat 2 jenis tindakan yang biasa digunakan, yaitu simple aspiration dan craniotomy.

Simple aspiration dilakukan dengan mengebor lubang kecil (atau biasa disebut burr hole) pada tengkorak agar nanah dapat dikeluarkan. Tindakan ini biasa dilakukan dengan bantuan alat CT scan untuk memastikan titik abses tersebut. Operasi ini cenderung memerlukan waktu yang singkat, yaitu sekitar 1 jam.

Jika obat-obatan atau tindakan simple aspiration tidak membantu, tindakan craniotomy akan dilakukan. Dalam tindakan ini, dokter akan memotong sebagian kecil rambut di kulit kepala dan mengangkat sebagian kecil tulang tengkorak (flap) untuk membuka akses ke otak. Lalu, abses akan diangkat sepenuhnya setelah nanah dibersihkan dan flap tulang akan dikembalikan ke posisi semula saat tindakan selesai. CT scan juga digunakan untuk membantu dokter merelokasikan titik abses. Operasi ini akan memerlukan waktu yang lebih lama, yaitu sekitar 3 jam. Setelah tindakan operasi ini, pasien butuh istirahat penuh selama 6-12 minggu.

Beberapa komplikasi, walau jarang, dapat terjadi setelah operasi craniotomy, seperti pembengkakan atau memar di wajah, pusing selama berbulan-bulan, pembekuan darah di otak, rahang terasa kaku, atau merasakan pergeseran flap tulang. Kontrol rutin sangat diperlukan untuk menurunkan risiko komplikasi tersebut.

Disarankan untuk menghindari aktivitas yang dinilai berbahaya bagi tulang tengkorak setelah tindakan operasi dilakukan, seperti bermain sepakbola atau tinju. Penderita juga tidak diperbolehkan mengemudikan kendaraan hingga dokter mengijinkan, untuk mengantisipasi terjadinya kejang mendadak.

Komplikasi Abses Otak
Jika tidak ditangani dengan tepat, komplikasi abses otak berikut dapat terjadi:

Abses yang kambuh kembali.
Kerusakan otak sedang hingga parah.
Epilepsi atau kejang-kejang.
Meningitis, khususnya pada anak-anak.
Otitis media (infeksi telinga bagian tengah).
Sinusitis (infeksi sinus).
Mastoiditis (infeksi tulang di belakang telinga).
Pencegahan Abses Otak
Mengingat abses otak seringkali dipicu oleh penyakit tertentu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin agar kondisi ini dapat dicegah sedini mungkin.

Bagi yang menderita kelainan jantung, dokter biasanya akan memberikan serangkaian antibiotik sebelum melakukan perawatan gigi atau tindakan lainnya untuk mencegah risiko infeksi menyebar ke otak. Disarankan untuk selalu memberi tahu dokter sebelum melakukan tindakan medis apa pun selama menjalani pengobatan abses otak.
Killua Zoldyck penulis yang berpengalaman dan memiliki minat yang luas dalam berbagai bidang. Kami memiliki penulis yang berkecimpung dalam bidang sejarah, politik, entertainment, teknologi, dan banyak lagi.

Belum ada Komentar untuk "Abses Otak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel